Udang Indonesia


Udang Indonesia mulai jadi primadona di pasar dunia

 

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan udang Indonesia kini menjadi primadona dalam perdagangan dunia. Hal ini menjadi momentum positif untuk mengembalikan kejayaan udang Indonesia.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, mengatakan model tambak percontohan yang dikembangkan oleh pihaknya di sejumlah titik, seperti di kawasan Pantura, dalam menggairahkan usaha budi daya udang di Tanah Air dinilai mulai menampakkan hasilnya.
"Saat ini, udang kembali menjadi primadona dengan harga yang cukup tinggi dan tingkat keberhasilan budi daya yang bagus," katanya seperti dilansir Antara, Sabtu (31/8).
Pengembangan budi daya di tambak-tambak yang terbengkalai, ujar dia, akan meningkatkan produktivitas lahan, menggairahkan kembali usaha budi daya udang, meningkatkan produksi udang sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petambak di sekitarnya.
Harga udang Indonesia meningkat tajam pada bulan Agustus 2013 karena suplai komoditas tersebut di pasar dunia menurun akibat gagal panen di beberapa negara penghasil. Dampak depresiasi Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (USD) juga menjadi faktor penyebab.
Sebelumnya, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Kawasan Timur Indonesia Hasanuddin Atjo di Jakarta, Minggu (25/8), mengatakan bahwa saat ini harga udang ukuran 70 ekor per kilogram mencapai Rp 75.000, ukuran 50 ekor seharga Rp 86.000 dan ukuran 40 ekor mencapai Rp 94.000.
"Harga ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang rata-rata Rp48.000,00 per kilogram," katanya.
Menurut dia, ada dua faktor utama yang menjadi penyebab meningkatnya harga udang tersebut, yakni pertama adalah negara-negara penghasil udang utama dunia, seperti China, Thailand, Vietnam, dan Meksiko mengalami gagal panen akibat serangan penyakit yang disebut "EMS" (early mortality syndroms) yang diduga disebabkan oleh sejenis bakteri.
Konsekuensi dari wabah tersebut adalah stok udang dunia menurun sementara negara-negara pembeli, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang membatasi komoditas tersebut dari negara yang sedang terkena wabah EMS.